Beranda | Artikel
Bergantung Hati di Masjid
Jumat, 11 November 2016

Bismillah.

Masjid, tempat yang sangat mulia. Allah jadikan masjid sebagai tempat untuk menunaikan sholat berjama’ah, diberikan nasihat dan diajarkan Kitabullah, ditegakkan dakwah tauhid dan direkatkan ukhuwah islamiyah.

Sebuah tempat yang paling dicintai Allah di bumi adalah masjid. Karena itulah tidak heran apabila terdapat anjuran dan motivasi untuk membangun masjid karena Allah. Di sisi lain terdapat keutamaan besar bagi orang yang hatinya bergantung di masjid. Disebutkan dalam hadits sahih bahwa salah satu manusia yang diberi naungan oleh Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid.

Adalah sebuah kebahagiaan bagi seorang muslim ketika dirinya termasuk orang-orang yang cinta kepada masjid. Kecintaan ini akan menumbuhkan kesadaran dan pengorbanan. Kesadaran untuk memakmurkan masjid dengan amal salih dan ketaatan. Dan pengorbanan untuk membiayai dan menyisihkan waktu dan tenaga serta pikiran untuk menjaga kelancaran dan kemajuan kegiatan masjid.

Pada zaman sekarang ini, kita bisa melihat bahwa masjid di negeri ini tersebar di berbagai tempat dan pemukiman. Sehingga seorang muslim akan mudah menemukan tempat untuk menunaikan sholat berjama’ah bersama saudara-saudaranya seaqidah. Meskipun demikian, tidak kita pungkiri bahwa masih banyak masjid yang belum difungsikan dengan sepenuhnya. Bukan karena bangunannya yang buruk atau fasilitasnya yang minim. Akan tetapi sebab utamanya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa menghidupkan kegiatan masjid itu sendiri.

Tidak usah jauh-jauh soal pengajian, untuk sholat wajib berjama’ah saja kita dapati banyak masjid di tengah masyarakat muslim yang sepi peserta. Kita tidak membahas hukum sholat berjama’ah itu wajib atau sunnah. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah sholat berjama’ah itu pada tataran praktis di tengah masyarakat sudah seolah-olah turun ke derajat atau tingkatan mubah; alias siapa mau silahkan dan siapa yang tidak mau juga silahkan. Ini adalah kenyataan pahit yang kita jumpai di masyarakat. Sehingga masjid pun sepi dari penggemar. Di tengah zaman yang serba canggih ini ternyata kemudahan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan tidak serta-merta membawa kepada kemajuan dan peningkatan iman. Padahal, kunci kebahagiaan sejati tidak bisa diperoleh kecuali dengan iman dan amal salih.

Dari sinilah semestinya kita semua sadar, bahwa masjid-masjid kaum muslimin perlu untuk dibenahi dari sisi sumber daya manusia-nya. Karena kebanyakan orang lebih perhatian kepada hal-hal yang bersifat fisik dan kemegahan saja. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa masjid sebagus apa pun jika tidak ditegakkan di atas keikhlasan dan ketakwaan maka sia-sia, sebagaimana kisah Masjid Dhirar yang dibangun oleh kaum munafik di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup.  

Generasi muda memiliki peran dan bagian untuk memakmurkan masjid dengan kegiatan belajar membaca al-Qur’an. Generasi yang sudah sepuh pun punya peran besar untuk memberikan sokongan dana dan pikiran agar kegiatan-kegiatan masjid bisa sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kenyataan yang ada banyak masjid membuat kegiatan hanya demi memuaskan selera jama’ahnya tanpa membuahkan dampak peningkatan ilmu dan keimanan. Sehingga didatangkanlah pembicara yang bisa membuat gelak-tawa hadirin, atau penceramah yang tidak jelas manhaj dan pemikirannya. Ini adalah bahaya dan racun bagi kaum muslimin. Wajarlah apabila sholat berjamaahnya juga tidak kunjung mengalami peningkatan, karena motivasi dan ajaran yang disampaikan jauh dari ayat ataupun sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk itu dibutuhkan kesadaran semua pihak untuk kembali memperbaiki kondisi jama’ah masjidnya.

Setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggung-jawabannya. Hidup kita ini adalah amanah dari Allah untuk kita gunakan dalam ketaatan dan ibadah kepada-Nya. Nafas kita ini adalah amanah dari Allah agar kita hembuskan dalam kebaikan dan dzikir serta dakwah di jalan-Nya. Betapa banyak kebaikan dan pahala yang bisa kita raih jika masjid-masjid kaum muslimin di sekitar kita kembali memancarkan cahaya dakwah tauhid dengan gemilang dan menebarkan aroma wangi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke segala penjuru.

Dari masjid-masjid itulah akan terlahir para pemimpin umat, para pendidik dan penggerak dakwah Islam. Dari masjid-masjid itulah akan terbina para ibunda da’i dan mujahid serta ulama rabbani. Dari masjid-masjid itulah akan tertempa para pemuda pejuang kalimat tauhid dan pengusung amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dari masjid-masjid itulah akan tergalang anak-anak yang salih dan salihah berkat kasih sayang dan binaan taman-taman ilmu dan majelis keimanan. Sudah tiba saatnya bagi umat Islam untuk tampil menolak berbagai pengaruh negatif dan merusak yang kian hari terus saja dipupuk dan disebarkan oleh Iblis dan bala tentaranya.

Semoga Allah berikan taufik kepada segenap pemimpin negeri ini, kepada para imam masjid dan khatibnya dan para generasi mudanya serta kaum muslimah dan ibu rumah tangga untuk kembali memperhatikan masjid dan menjadikannya madrasah-madrasah untuk membina para pemimpin umat di masa depan. Kita tentu tidak ingin umat ini dipimpin oleh orang-orang yang memusuhi atau merusak agama. Kita ingin bahwa pemimpin kita kelak membawa umat kepada kebaikan dunia dan akhirat.  

Ya Allah, perbaikilah urusan kami semuanya, dan janganlah Engkau sandarkan kami kepada diri kami sendiri walaupun hanya sekejap mata….

14718686_1803714443177090_1758038350701659065_n

 

 

 


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/bergantung-hati-di-masjid/